Senin, 26 Desember 2011

Entering Behavior


Hasbi baru satu semester masuk pesantren. Sekarang dia sedang liburan semester. Sebelum dipesantrenkan, Hasbi adalah anak yang susah diatur. Kalau main sering lupa waktu. Walau punya dua adik, Hasbi tidak mau mengasuh adiknya. Ia asik dengan dunianya sendiri. Seringkali orangtuanya ngomel karena jengkel dengan kenakalan si Hasbi.
Tapi itu dulu, waktu Hasbi belum mesantren. Kini keadaannya berbalik seratus delapan puluh derajat. Hasbi sekarang adalah anak yang patuh pada orangtua, disiplin waktu. Sering ia terlihat solat berjamaah di musola walaupun jaraknya agak jauh dari rumahnya. Dan ia pun sering terlihat bermain bersama adik-adiknya yang ia asuh.
Itulah contoh entering behavior. Yaitu adanya perubahan perilaku setelah terjadi proses pembelajaran. Ya, memang hasil akhir dari pembelajaran harus terlihat dalam perubahan perilaku.
Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara:
Ø Secara tradisional seorang Guru dapat memulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan kepada siswa sebelumnya.
Ø Secara inovatif seorang Guru dapat mengembangkan instrument evaluasi dan mengadakan pre-test sebelum mereka mulai mengikuti kegiatan belajar-mengajar.
Deskripsi tentang entering behavior siswa ini memberikan beberapa informasi penting bagi Guru untuk mengambil langkah-langkah instruksional, antara lain:
1. Guru dapat mengetahui individual siswa dalam kesiapannya (readiness), kematangan (maturation), serta tingkat penguasaan (mastery) pengetahuan dan keterampilan dasar untuk memahami materi yang baru.
2.  Guru dapat menentukan metode, bahan, prosedur, dan alat bantu belajar-mengajar yang lebih tepat.
3.  Nilai pretest dapat dijadikan patokan tolok ukur perubahan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan. Deviasi antara nilai pretest dan posttest, baik secara kelompok maupun individual, merupakan indikator pencapaian yang nyata sebagai pengaruh dari proses belajar-mengajar.
Ada tiga dimensi entering behavior yang perlu diprhatikan:
1.  Batas-batas ruang-lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai siswa.
2. Tingkatan tahapan materi pengetahuan terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.
3. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik. Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar Guru mengurai informasi tentang:
a. penguasaan materi.
b. jenis kompetensi siswa bersangkutan.
c. kesiapan/ kematangan siswa dalam menerima bahan ajar.
d. motivasi dan minat belajar siswa.
Di samping itu penting bagi seorang guru dapat mengetahui secara dini tentang aspek-aspek pribadi siswa yang meliputi : kecerdasan dan bakat khusus, prestasi sejak permulaan sekolah, perkembangan jasmani dan kesehatannya, kecenderungan emosi dan karakternya, sikap dan minat belajar, cita-cita, kebiasaan belajar dan bekerja, hobi dan penggunaan waktu senggang, hubungan sosial di sekolah dan di rumah, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal,  sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik.

Referensi
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar karya, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Depag, Jakarta : 1991 hal. 12 dst.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hal. 77-78


Tidak ada komentar:

Posting Komentar